facebook google twitter tumblr instagram linkedin
  • Home
  • Short Story
  • Thoughts
    • Global Issue
    • Mental Health
    • Faith
  • About
  • Contact
  • Shop

Kahtan Ideas

Pendahuluan Seperti halnya dalam dunia kesehatan fisik yang biasa dibahas dalam dunia kedokteran, kesehatan mental juga memiliki panduan dan pedoman dalam mengelompokkan penyakit atau dalam istilah psikologi adalah gangguan yang terjadi pada seseorang. Dari pengelempokkan tersebut akan menjadi awal bagaiaman tindak lanjut dan pengobatan yang tepat. Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan DSM dan PPDGJ pun disusun untuk membantu para psikiatri, psikolog, maupun pelajar untuk dapat menentukan dan menindaklanjuti gangguan yang ada. 

Sejarah Diagnosis tentang kelaianan mental dan gangguan psikologis mewakili lebih jauh dari pada hanya mengklasifikasi pola dari perilaku tidak normal dengan dasar hal umum yang Nampak atau dari gejalanya saja. Perilaku Abnormal telah diklasifikasikan jauh dari zaman dahulu kala. Hipkratos telah mengelompokkan perilaku abnormal sesuai dengan teori miliknya yaitu Humors (cairan vital tubuh). Meskipun demikian, teori tersebut terbukti masih banyak kekurangan, klasifikasi milik Hipokratos tentang tipe masalah kesehatan mental secara umum sesuai dengan kategori diagnosis dokter saat in. Penjelasannya tentang Melankolik, sebagai contoh, sesuai dengan konspet depresi saat ini. saat masa abad pertengahan, seseorang dengan kekuasaan mengklasifikasi perilaku abnormal menjadi dua kelompok, yang diakibatkan oleh iblis dan disebabkan oleh alam. 

DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder) Pada abad ke-19 ahli fisika jerman Emil Kraepelin menjadi teoris modern pertama yang mengembangkan model komperhensif dari kalsifikasi yang berdasarkan pembeda hal tampak, atau gejala, terkait dengan pola perilaku abnormal. Menjadi sistem klasifikasi yang paling umum dipakai saat ini, yang paling luas penggunaannya adalah Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder (DSM), diterbitkan oleh APA (America Psychiatric Association). DSM pertama kali diperkenalkan pada tahun 1952. Versi paling terbaru terbit pada tahun 2013, DSM-5 paling banyak digunakan diseluruh Amerika. Dalam DSM pola Perilaku abnormal di klasifikasikan sebagai gangguan mental. Gangguan mental meliputi stress emosional (biasanya depresi dan kecemasan), secara signifikan mengganggu (susah menyelasaikan pekerjaan kantor, dalam keluarga atau sosial). DSM tidak mengasumsikan perilaku abnormal tidak melulu dari faktor biologis atau adanya kerusakan. DSM mengenali bahwa kebanyakan faktor penyebab gangguan mental masih belum pasti. Sebagian kelainan mungkin murni dari faktor biologi, dimana juga ada faktor psikologis yang menyebabkannya. Tetap saja, faktor lain -tetapi tidak banyak- dijelaskan dalam faktor yang majemuk, adanya interaksi dari faktor biologis, psikologis, sosial (sosioekonomi, sosial-budaya, dan etnis), dan faktor lingkungan secara fisik. 

Kelebihan DSM menggunakan istilah kelainan mental untuk mendeskrpisikan gejala klinis (kumpulan gejala) termasuk tingkatan yang signifikan dari gangguan seseorang dalam kognitifnya, emosional atau fungsi perilakunya. Pemeriksaan klinis menentukan apakah gejala seseorang masuk kedalami kriteria DSM untuk gangguan mental yang khusus. Diagnosis diberikan hanya ketika sedikitnya gejala muncul untuk mempertemukan dengan kriteria diagnosis yang ditentukan. DSM berdasarkan categorial model of classification, dalam artian bahwa penggiat kesejatan perlua untuk mebuat kategori atau penilaian jenis (yes-no) tentang apakah kelainan itu muncul dalam sebuah kasus tersebut. Kategori penilaian hal yang umum dalam penyembuhan modern, seperti apakah seseorang mengalami kanker atau tidak.  

Kekurangan Banyak pengamat yang yakin DSM perlu untuk lebih peka akan pentingnya faktor budaya dan etnis dalam penilaian diagnosis. Kita perlu memahami bahwa gejala atau masalah perilaku sebagai kriteria diagnosis dalam DSM yang ditentukan dari banyak psikiatri berpengalaman, psikolog, dan penggiat sosial. 

PPDGJ (Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa) Indonesia juga memiliki klasifikasi untuk mendiagnosis gangguan jiwa, kemudian pemerintah menyusun panduan untuk ebantu klasifikasi gangguan kejiwaan yang disebut PPDGJ atau Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa dan terbit pertama kali di tahun 1973. Dengan tujuan yang beragam, dala bidang pelayanan kesehatan, ditujukan untuk kodefikasi penyakit atau gangguan untuk statistik kesehatan, keseragaman diagnosis klinis untuk tatalaksana terapi. Dalam bidang pendidikan kedokteran untuk menyamakan konsep diagnosis gangguan jwa untuk komunikasi akademik, dan dalam bidang penelitian sebagai batasan dan kriteria operasional diagnosis gangguan jiwa, yang memungkinkan perbandingan data dan analisis ilmiah. Perkembangan PPDGJ 1 pada tahun 1973 mencakup diagnosis yang mengacu pada ICD 8 (International Clasification of disease 8) yang diterbitkan WHO, PPDGJ 1 berisikan diagnosis jenis Mono-aksial. Kemudian berkembanga hingga tahun 1993 PPDGJ 3, dengan cakupan lebih luas seperti diagnosis multi-aksial, konsep klasifikasi dengan hirarki blok memakai pedoman diagnosis ICD-10, dan diagnosis multi aksial menurut DSM-IV. 

Kelebihan PPDGJ sangat membantu untuk memudahkan menentukan dan mendiagnosis gangguan jiwa, dengan kelengkapan refrensi yang tidak hanya merujuk pada APA, namun juga dari ICD. Didalamnya juga mendefinisikan istilah yang lebih sopan seperti, istilah gangguan jiwa atau gangguan mental (mental disorder) , tidak mengenal istilah penyakit jiwa (mental illness). 

Kekurangan Perlu adanya pembaharuan mengikuti perkembangan teknologi dan istilah baru yang lebih familiar dizaman sekarang, apalagi PPDGJ terakhir dibuat pada tahun 1993. Penyusunan juga harus lebih fleksibel dan mudah dimengerti. Karena penyusunan yang terlalu rumit, akhirnya dibuat Rujukan Ringkas PPDGJ karena PPDGJ yang asli masih sulit untuk dipahami. Ditambah masih menggunakan angka romawi yang merupakan penulisan angka lawas. 

Perbedaan Walaupun keduanya memiliki kesamaan sebagai pedoman dan rujukan dalam klasifikasi gangguan jiwa, namun ada beberapa perbedaan yang cukup jelas dari keduanya. DSM merupakan rujukan yang disusun oleh APA (American Psychiatry association) menggunakan bahasa Inggris dan PPDGJ mengunakan bahasa Indonesia. PPDGJ masih menggunakan sistem multi-aksial sedangan DSM tidak menggunakan,Pada pengkategorian penyakit ada perbedaan seperti kesurupan dan Homoseksual. Dalam PPDGJ kesurupan bukan gangguan namun dalam DSM termasuk dala gangguan. Begitu pula dengan Homoseksual dalam PPDGJ termasuk gangguan namun didalam DSM bukan termasuk gangguan. 

Bibliography Association, A. P. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder DSM 5. Washington DC, USA.: American Psychiatric Publishing.
Maslim, R. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Nuh Jaya. 
Nefid, J. S. (2018). Abnormal Psychology in Changing World. New York: Pearson.


 

 

        Laskar Pelangi merupakan film yang terlaris di Indonesia, nilai-nilai dan pelajaran yang bisa diambil sangat beragam. Bahkan dalam teori Psikologi Sosial bisa kita temukan beberapa teori yang bernilai untuk dijadikan pelajaran. Salah satunya dalam segi Group Processes. Kekompakan anak-anak laskar Pelangi mampu menggugah kita untuk selalu kompak dengan kerabat. Juga, ikatan yang sangat dalam antara sekolah, murid dan guru menjadi kesatuan yang kokoh. Dalam pembahasan Group Processes. Yaitu, dari teori pencegahan  Social Loafing pengurangan motivasi dan usaha saat bekerja dalam kelompok dibandingkan bekerja individu.

Yang pertama identifikasi hasil akhir dan usaha partisipan. Dalam sebuah adegan ketika Pak Bakri -salah satu  dari tiga guru di SD Muhammadiyah-  cenderung tidak begitu antusias dalam mengajar.  cuek dan tidak perhatian pada murid-murid. Ditambah lagi, Pak Bakri mendapat tawaran untuk mengajar di sekolah negeri lain dengan penghasilan lebih pasti dan tinggi. Karena Ia begitu teguh akan pendiriannya, Pak Harfan serta Ibu Muslimah sudah membujuk namun tidak bisa mencegahnya. Maka Pak Bakri pun pergi meninggalkan SD Muhammadiyah yang bermuridkan 10 orang dan dua guru. Nilai yang kita dapatkan dalam Proses kelompok disini adalah, semua anggota yang menjadi bagian dari kelompok harus bisa memberikan manfaat. Bila tidak, maka akan terjadi Social Loafing tersebut, untuk mencegahnya dengan mengetahui setiap kontribusi yang diberikan anggota kelompok.

Yang kedua, setiap individu harus berkomitmen. Yang menarik adalah, setiap murid dan guru SD Muhammadiyah sangat berkomitmen untuk terus semangat dalam menuntut ilmu, mengajar, dan memajukan sekolahnya. Walaupun dengan segala keterbatasan dan kekurangan, kondisi sekolah yang sangat memprihatinkan, komitmen itu terlihat dalam adegan ketika murid-murid kehilangan Pak Harfan yang meninggal dunia, meinggalkan Bu Muslimah seorang diri untuk mengajar 10 muridnya. Awalnya Ibu Muslimah patah semangat dan sempat tidak mengajar selama lima hari, namun ketika beliau melihat semangat murid-muridnya untuk belajar, dan Lintang anak paling cerdas dari pesisir menjadi pengajarnya. Karena komitmen itu, kekompakan dan kebersamaan mereka semakin kuat.

Ketiga, Mempunyai nilai yang jelas dan penting. Semangat anak-anak laskar Pelangi untuk belajar tidak terlepas dari nilai-nilai yang telah ditanamkan begitu kokoh pada diri mereka, oleh Ibu Muslimah dan Pak Harfan. Pak Harfan selalu menasehati murid-murid untuk terus semangat dan tidak menyerah pada cita-cita mereka, “Jangan takut untuk bercita-cita, jadilah orang yang selalu memberi banyak, jangan hanya menjadi orang yang selalu menerima banyak,”.”Teruslah belajar untuk menggapai cita-cita,”. Dengan Menanamkan akan pentingnya menuntut ilmu, Laskar Pelangi pun pantang menyerah untuk terus belajar, walaupun sekolah mereka harus selalu membersihkan kelas ketika hujan, dan selalu dimasuki kambing liar. Buah dari penanaman nilai itu, mereka berhasil menjadi juara saat mengikuti carnaval 17 Agustus, dan Juara pertama Cerdas cermat. Serta, Ikal berhasil menggapai impiannya pergi ke Paris.

Terakhir yang keempat dari Teknik pencegahan social loafing adalah, setiap individu harus salih berkontribusi. Sekolah Muhammadiyah dengan murid Laskar Pelangi yang saling menguatkan dan berkontribusi, kekompakan mereka terlahir dari kontribusi yang diberikan setiap kepala dari mereka tanpa terkecuali. Bahkan, seorang Harun dengan keterbatasn mentalnya, selalu memberikan senyuman setiap saat sebagi pengibur murid murid. Atau Lintang anak cerdas, selalu membantu teman-temannya dalam belajar, bahkan membawa sekolah Muhammadiyah menjadi juara Cerdas Cermat. Juga Mahar, anak pecinta musik sejati,yang selalu membawa radio kemanapun dia pergi, memiliki kontribusi untuk menjadi jenius dibalik suksesnya karnaval mereka. Serta Ibu Muslimah dan Pak Harfan yang ikhlas tanpa pamrih mengajar.

 

            Informasi, hiburan, ilmu pengetahuan, dan bahkan makanan sekarang sangat mudah untuk diperoleh. Hanya bermodalkan alat pintar yang tidak lebih besar dari botol mineral. Memang perkembangan teknologi -dengan segala kemajuan yang dihidangkan- mempermudah pekerjaan kita. Konsekuensinya, manusia menjadi kebanjiran informasi. Bagaikan air bah yang menerjang sebuah kapal ketika badai hebat ditengah laut. Kita mungkin bisa mati tenggelam atau berhasil selamat. Semua itu tergantung kesiapan kita, pengetahuan kita, dan keahlian kita menaklukan ombak tersebut. Yaitu, pengetahuan kita mencerna segala informasi yang datang bertubi-tubi.

            Indonesia adalah negara yang memiliki minat baca dan tingkat literasi yang rendah. Tidak heran, kebanyakan masyarakat Indonesia-khususnya warga internet- menelan informasi yang didapat dengan mentah. Tanpa mencari tau lagi kebenaran yang ada. Akhirnya tenggelam kedalam informasi yang rancu bahkan bohong. Tidak hanya menelan itu sendiri, tapi juga mengajak orang lain, bahkan keluarganya kepada kesesatan informasi. Dengan motif meneruskan berita di media sosial. Akibatnya, orang-orang kebingungan, kesal, marah, bahagia karena berita bohong itu. Tidak sedikit yang akhirnya memiliki jalan pikir yang berbeda dengan kerabatnya, menimbulkan perpecahan konflik, dan lainnya.

            Sungguh ironi, padahal manusia adalah pencipta telepon pintar. Jangan malah kalah pintar dengan telepon pintar. Atau bahkan dibodohinya karena kita tidak bijak menggunakannya. Khusunya dalam pengunaan jaringan internet. Kita sangat berhak dan memiliki kendali penuh dalam memilih berita atau manfaat lain darinya. Jika kita tidak bijak dan terbawa arus, dampaknya kita akan lelah serta pusing memikirkan berita yang ada.

Permasalahan hidup sudah cukup menyulitkan kita dengan segala dramanya. Tumpukan tagihan listrik, cicilan motor perbulan, biaya makan, sekolah, konflik didalam keluarga. Semua itu lebih dari cukup menguras pikiran. Maka, penyakit-penyakit pun bermunculan, depresi, Alzheimer, obesitas, bahkan penyakit jantung. Semua itu akibat banyaknya beban pikiran. Kita harus menjaga pikiran kita untuk tetap sehat dan jernih. Hal-hal yang tidak penting perlu disingkiran. Seperti halnya menjaga kebersihan tubuh. Pikiran kita juga harus selalu dibersihkan dari hal-hal buruk dan negatif. Sehingga menjadi lebih jernih.

Padahal ketika pikiran kita bersih dan sehat, secara tidak langsung Kesehatan tubuh dan organ lainnya menjadi sehat pula. Mens sana in corpore sano , pikiran yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat, dan begitu juga sebaliknya. Korelasi antara kesehatan tubuh dan pikiran memang tidak bisa dilepaskan. Maka dari itu, menjaga pikiran agar tetap sehat serta positif adalah dengan melakukan istirahat. Atau relaksasi pikiran.

Mungkin masih banyak yang tidak tahu bagaimana merelaksasikan pikiran kita. Sebenarnya tidak perlu kita mengeluarkan banyak uang untuk berlibur ke tempat yang damai dan sejuk. Hal itu dilakukan untuk beristirahat dari kesibukan. Merelaksasikan pikiran sebenarnya sangat mudah. Mulailah dengan mengurangi informasi atau berita yang akan kita baca. Boleh kita membaca atau mengikuti perkembangan dunia yang ada, namun ada hal yang jauh lebih penting untuk diketahui. Ketahuilah hal yang perlu diketahui. Tinggalakan hal yang tidak perlu diketahui. Memang sikap ini cenderung cuek dan bodo amat. Tapi cara itu cukup efektif untuk mengurangi beban pikiran kita. Kemudian menyibukkan dengan hal-hal yang lebih pernting dan bermanfaat. Literasi bangsa ini sangat rendah, maka sebaiknya sibukkan lah diri kita dengan membaca buku yang lebih bermanfaat, ilmiah, juga menambah wawasan kita. Paradigma pun lebih berkembang dan siap untuk mencerna informasi-informasi yang akan diterima.

Selain itu, melakukan kegiatan sosial diluar rumah. membantu orang yang kesulitan, melakukan kebaikan-kebaikan bisa menjernihkan hati dan jiwa. Tidak hanya itu, dengan sering melakukan aktivitas sosial juga dapat meningkatkan kebahagian. Kita menjadi sadar bahwa masih banyak orang yang lebih sulit kehidupannya. Mereka tidak sempat memikirkan masalah dan konflik diberita, karena sibuk memikirkan bagaimana  agar bisa menyambung hidup. Kenyataan-kenyataan yang ditemui menjadi refleksi juga relaksasi pikiran. Dan mungkin, kita akan menemui sebuah kenyataan yang tidak seperti diisukan. Lebih indah diluar dugaan. Dewasa ini, manusia cenderung menjadikan kehidupan di dunia maya menjadi dunia utamanya. Padahal, dunia asli jauh lebih indah.

Selanjutnya, meningkatkan kemampuan serta potensi diri. sudah barang tentu, kini sangat mudah belajar apapun dari internet. Belajar memasak, bermain gitar, menggambar, dan apapun itu. Apalagi bagi remaja generasi 4.0 sekarang ini. Keahlian digital sangat diperlukan. Dan hal itu bisa dipelajari dengan mudah. Berolahraga mungkin menjadi alternatif yang mujarab. Selain mudah dilakukan juga fasilitas sekarang telah ditunjang. Di kota-kota besar mulai dibangun taman yang dilengkapi fasilias berolahraga. Kegiatan seperti hari bebas kendaraan bermotor menjadi marak, yang biasa dilakukan dihari Minggu. Seperti yang dikatakan frasa sebelumnya, tubuh kita pun lebih sehat diikuti pikiran yang sehat. Cara merelaksasikan pikiran yang terakhir adalah dengan membuat karya. Entah itu menulis, membuat sebuah lagu, membuat kerajinan tangan, dan segala sesuatu yang menggugah kreativitas.

Apabila hal-hal tersebut bisa kita implementasikan dalam kehidupan kita, kemungkinan jalan pikiran kita menjadi jernih, tubuh menjadi lebih sehat, serta membawa manfaat bagi orang lain. Jangan mau kita di adu domba oleh media. Kita telah merdeka, kita bebas menentukan jalan hidup kita, mau dibawa kemana hidup ini. hindari hal yang merugikan, perbanyaklah manfaat. Dan ternyata, relaksasi pikiran tidak hanya bermanfaat untuk diri kita sendiri, tapi juga bisa membawa manfaat untuk orang lain.  

Older Posts

Quotes

Quotes

Labels

A Picture Story Thoughts Tribute for my teacher

recent posts

FOLLOW ME @fatahmubin

Created with by BeautyTemplates | Distributed by blogger templates