Don't be easy to judge

by - October 17, 2020

                Hari itu tak ada terbayang olehku sebuah kejadian yang akan mengubah jalan hidupku, tepatnya pada tanggal 26 Februari 2016. Aku dan temanku sedang menyusuri sebuah perumahan di dekat rumahku, perumahan itu termasuk dalam kategori kelas atas. Rumah-rumah mewah dan mobil terkenal berjejer dihalaman mereka.

                Kami hanya berniat untuk jalan-jalan menikmati suasana sore, menunggu berbuka puasa, tiba-tiba motor yang kami kendarai mogok. Aku dan temanku tidak tahu menahu perihal mesin. Apalagi aku masih SMP, terpaksa kami pun menuntun motor untuk bisa dibawa ke bengkel. Aku mendorongnya dari belakang, sedangkan temanku dari depan.

                Di tengah jalan kami bertemu orang asing, awalnya kami takut. Karen perwakannya yang begitu misterius dan seram. Mata selalu mengawasi kami, jenggotnya tebal, dan hanya menggunakan kaos putih yang sedikit terrlihat kumuh. Kami pun mulai merasa hati-hati dan khawatir.

                Sampai akhirnya orang itu menghampiri kami, dan menanyakan kesulitan kami. Tak disangka, orang yang kami curigai itu adalah pemilik salah satu rumah mewah yang ada disana. Ia membantu kami memperbaiki motor kami yang rusak. Dan menyuruh kami untuk masuk kedalam rumahnya. Sudah pasti kami merasa canggung, tapi karena desakannya kami pun masuk.

                Rumah itu besar, dan kosong. Tidak ada orang di dalam. Sangat sepi, kemudian pria tersebut menyuguhkan kami minuman. Walau sikapnya terlihat baik, kami pun selalu berhati-hati. Apalagi aku dan temanku adalah cewek yang masih SMP, bertemu dengan sosok pria paruh baya, kaya raya di rumah yang sepi. Sungguh pengalaman yang menyeramkan.

                Keheningan tercipta saat pria itu meninggalkan kami di ruang tamu, katanya ia pergi untuk mengambil sesuatu. Kami pun semakin takut, apakah aku harus teriak meminta tolong. Atau kabur begitu saja. Lebih baik kabur, baru saja kaki ini ingin melangkah. Pria itu datang membawa sebuah handuk. Kami semakin curiga dan takut. Pikiranku melayang ke hal-hal berbentuk kekerasan.

                Namun semua itu hanyalah prasangka kami. Ketika ia duduk, ia memberikan handuk kepada kami, dan memberikan kami uang. Handuk itu untuk membersihkan wajah kami yang kotor akibat mencoba memperbaiki motor tadi. Dan uang untuk kami pulang. Ia pun bercerita bahwa ia senang akhirnya ada orang yang mau mengungjungi rumahnya. Anak-anaknya pergi meninggalkannya, istirinya selingkuh, ia pun sendirian di rumah itu. Sehingga ia mengalami depresi, dan tidak terurus.

Dari sekian banyak tetangganya, tidak ada yang peduli dengan nasibnya, mereka hanya peduli kepada diri mereka masing-masing. Baginya Rumah yang besar dan mewah itu tidak ada arti untuknya. Buat apa rumah besar tapi tidak ada kehidupan didalamnya. Dan pada hari itu, sebetulnya ia ingin mengakhiri hidupnya. Tapi karena aku dan temanku berkenan mengunjungi rumahnya, ia pun sadar. Bahwa masih banyak orang baik di luar sana, yang mau menerimanya.

                Akhirnya akupun sadar, bahwa sebuah kebahagiaan bukanlah dari materi ataupun uang. Namun kebahagiaan adalah ketika kita selalu bisa bersama dengan orang yang kita sayangi. Tidak sedikit orang yang kesepian seperti dirinya, mereka tidak menginginkan apa-apa, hanya sebuah kehangatan dan keramahan dari sesamanya. Tebarkan kebaikan, dan manfaat. Maka dari pengalaman itu aku ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi sesama.


You May Also Like

0 comments