Prasangka

by - June 03, 2020

Petang telah berganti malam, maghrib sudah memasuki waktu isya, Adzan pun dikumandangkan. Para warga dan keluarga Bersama-sama berangkat ke masjid untuk solat isya dan tarawih berjamaah. Termasuk Ujang nama panggilan dari Udin Khoirudin, tidak nyambung memang. Ia anak dari seorang kepala desa.

Hari itu, bapak Ujang baru saja membelikan sendal baru untuk dirinya. Tidak terlalu mewah memang, namun masih lebih baik dari sendal-sendal lainnya yang biasa ditemui dikampungnya. Ujang pun memakainya saat pergi ke Masjid.

Setelah tiba di Masjid. “Wahh sendal kamu oke juga Jang,”Seru Badang yang melihat Ujang melapas sendalnya, ia adalah teman sekampungnya Ujang yang sering mengomentari tingkah laku Ujang.

“Jelas dong, ini dikasih bapakku, baru saja di beli dari kota, harganya mahal, lihat saja, perpaduan Coklat dan hitamnya indah bukan?,”Pamernya sambil mengangkat sendalnya dan mengelusnya.

“Iya-iya, aku tahu, semua yang kamu pakai dari atas sampai bawah itu memang beda dari orang orang di kampung ini, boleh lah aku dikasih satu,”Rayu Badang yang ada maunya.

“Iya nanti kapan-kapan,” jawab Ujang dengan ketus.

Selang berapa lama, Iqomah di serukan, dan solat dilaksanakan. Ujang yang masih terlalu bahagia tidak bisa berhenti memikirkan sendalnya,bahkan saat sedang sholat.

“Assalamu’alaikum warahmatullah, Assalamu’alaikum warahmatullah,”

Solat isya dan tarawih sudah selelai, Ujang yang sedari sholat tidak sabar ingin cepat-cepat memakai sendal barunya lagi, langsung keluar dan mencari sendalnya. Mencari dan mencari, terus ia mencari

“Aduhhh ini mana sendalku, kok ga ada, pasti ada maling ini, aaahh, mana malingnya sini biar aku hajar,”Umpatnya dengan wajah penuh amarah.

Mendengar omelan Ujang dari luar masjid, Badang langsung keluar dan menghentikan doanya. “Kamu kenapa sih Jang?, baru selesai sholat udah marah-marah bikin ribut, itu liat orang yang lagi do’a keganggu tau?!,”tanyanya.

“Ini sendal baruku, Hilang!, pasti ada yang iri sama sendal baruku yang bagus itu,”jawab Ujang.

“Halah halah, kamu itu, jangan sembarang nuduh dan kepedean,”

“Siapa yang nuduh, ini kenyataan, buktinya sendalku hilang,”Ujang membela.

“Yaudah gini, daripada kamu marah-marah dan nuduh aja, mending kita cari dulu disekitar masjid, aku bantu deh, aku masih inget bentuk dan warnanya,”usul Badang kepada Ujang.

“Oke, tapi aku yakin pasti udah dibawa pulang sama malingnya,”

Mereka berdua pun mencari disekitar masjid, Rak sandal, Kamar mandi, halaman masjid, pohon-pohon, bahkan Selokan-selokan masjid. Tapi nihil, tidak ditemukan sendalnya sampai para jamaah pulang kerumah masing-masing.

“Tuhkan, aku bilang juga apa, ga akan ketemu, pasti sudah dibawa pulang sama malingnya,”Ujang menghela napas kemudian duduk.

“oke, sekarang kamu ga ada sendal kan, gimana kalua aku anterin kamu pulang naik motor aku, daripada kamu pulangnya telanjang kaki,”Usul Badang.

“Yaudahlah, aku udah capek nyariin, gampang kok, aku tinggal minta lagi aja sama bapakku, dibelikan yang lebih bagus,”

“Ujang-Ujang, kamu itu, yaudah ayok naik,”Badang hanya bisa mengelus-ngelus dada.

Sesampainya didepan rumah, betapa terkejutnya Ujang melihat sepasang sendal yang persis seperti miliknya ada didepan rumahnya.

“Lah kok ada disini?, kok bisa?!,”Ujang kebingungan sekaligus terkejut.

“Iya ya?! Aku juga ga tau,”Badang ikut bertanya-tanya.

Tiba-tiba bapak Ujang, keluar dari rumah,”Ujang, kamu kok baru pulang? Dari mana aja sih, habis tarawih bukannya ngaji, malah main!,”

“Ini pak, aku tuh cari sendal aku, itu yang baru itu,”sambal menunjuk-nunjuk sendal hitam bercampur coklat.

“Alhamdulillah, bapak kira kamu main, sendal itu? Itu kan sendal bapak, bukan sendal kamu,”Jawab Bapaknya.

“Itukan sendal aku, bapak kasih tadi sebelum ke masjid,”Ujang terheran

“Aahh.. itu salah bapak, sendal kamu bukan yang itu, tapi yang ini, bapak salah ngasih kamu sendal, sebentar bapak ambilkan didalam,”

“Nahh ini sendal kamu,”Bapaknya memberikan.

“Kok sendalnya, kayak gini pak?,”tanya Ujang

“hahahahahaha, Ujang-ujang,”Badang tertawa terbahak-bahak

“Memangnya kenapa? Itu kan lebih baik, dari karet murah, dan awet, terkenal lagi mereknya,’Hallow’. Kamu kan pasti juga tau merk itu,”bapaknya menjelaskan.

“Tapi kan”

“Udah, dari pada belikan kamu yang mahal-mahal tapi kamu sering rusakin dan hilangin, kalau kamu main diwarnet depan. seandainya pun itu hilang, belinya lebih murah,”

Badang yang melihat kejadian itu tidak bisa berhenti tertawa, dan Ujang hanya bisa terdiam dan malu.

You May Also Like

0 comments