Analisis Nilai Psikologis dalam Film 'Laskar Pelangi'
Laskar Pelangi merupakan film yang terlaris di Indonesia,
nilai-nilai dan pelajaran yang bisa diambil sangat beragam. Bahkan dalam teori
Psikologi Sosial bisa kita temukan beberapa teori yang bernilai untuk dijadikan
pelajaran. Salah satunya dalam segi Group Processes. Kekompakan
anak-anak laskar Pelangi mampu menggugah kita untuk selalu kompak dengan
kerabat. Juga, ikatan yang sangat dalam antara sekolah, murid dan guru menjadi
kesatuan yang kokoh. Dalam pembahasan Group Processes. Yaitu, dari teori
pencegahan Social Loafing pengurangan
motivasi dan usaha saat bekerja dalam kelompok dibandingkan bekerja individu.
Yang pertama identifikasi hasil akhir dan usaha
partisipan. Dalam sebuah adegan ketika Pak Bakri -salah satu dari tiga guru di SD Muhammadiyah- cenderung tidak begitu antusias dalam mengajar.
cuek dan tidak perhatian pada
murid-murid. Ditambah lagi, Pak Bakri mendapat tawaran untuk mengajar di
sekolah negeri lain dengan penghasilan lebih pasti dan tinggi. Karena Ia begitu
teguh akan pendiriannya, Pak Harfan serta Ibu Muslimah sudah membujuk namun
tidak bisa mencegahnya. Maka Pak Bakri pun pergi meninggalkan SD Muhammadiyah
yang bermuridkan 10 orang dan dua guru. Nilai yang kita dapatkan dalam Proses
kelompok disini adalah, semua anggota yang menjadi bagian dari kelompok harus
bisa memberikan manfaat. Bila tidak, maka akan terjadi Social Loafing tersebut,
untuk mencegahnya dengan mengetahui setiap kontribusi yang diberikan anggota
kelompok.
Yang kedua, setiap individu harus berkomitmen.
Yang menarik adalah, setiap murid dan guru SD Muhammadiyah sangat berkomitmen
untuk terus semangat dalam menuntut ilmu, mengajar, dan memajukan sekolahnya.
Walaupun dengan segala keterbatasan dan kekurangan, kondisi sekolah yang sangat
memprihatinkan, komitmen itu terlihat dalam adegan ketika murid-murid
kehilangan Pak Harfan yang meninggal dunia, meinggalkan Bu Muslimah seorang
diri untuk mengajar 10 muridnya. Awalnya Ibu Muslimah patah semangat dan sempat
tidak mengajar selama lima hari, namun ketika beliau melihat semangat
murid-muridnya untuk belajar, dan Lintang anak paling cerdas dari pesisir
menjadi pengajarnya. Karena komitmen itu, kekompakan dan kebersamaan mereka
semakin kuat.
Ketiga, Mempunyai nilai yang jelas dan penting.
Semangat anak-anak laskar Pelangi untuk belajar tidak terlepas dari nilai-nilai
yang telah ditanamkan begitu kokoh pada diri mereka, oleh Ibu Muslimah dan Pak
Harfan. Pak Harfan selalu menasehati murid-murid untuk terus semangat dan tidak
menyerah pada cita-cita mereka, “Jangan takut untuk bercita-cita, jadilah orang
yang selalu memberi banyak, jangan hanya menjadi orang yang selalu menerima
banyak,”.”Teruslah belajar untuk menggapai cita-cita,”. Dengan Menanamkan akan
pentingnya menuntut ilmu, Laskar Pelangi pun pantang menyerah untuk terus
belajar, walaupun sekolah mereka harus selalu membersihkan kelas ketika hujan, dan
selalu dimasuki kambing liar. Buah dari penanaman nilai itu, mereka berhasil
menjadi juara saat mengikuti carnaval 17 Agustus, dan Juara pertama Cerdas
cermat. Serta, Ikal berhasil menggapai impiannya pergi ke Paris.
Terakhir yang keempat dari Teknik pencegahan social
loafing adalah, setiap individu harus salih berkontribusi. Sekolah
Muhammadiyah dengan murid Laskar Pelangi yang saling menguatkan dan
berkontribusi, kekompakan mereka terlahir dari kontribusi yang diberikan setiap
kepala dari mereka tanpa terkecuali. Bahkan, seorang Harun dengan keterbatasn
mentalnya, selalu memberikan senyuman setiap saat sebagi pengibur murid murid.
Atau Lintang anak cerdas, selalu membantu teman-temannya dalam belajar, bahkan
membawa sekolah Muhammadiyah menjadi juara Cerdas Cermat. Juga Mahar, anak
pecinta musik sejati,yang selalu membawa radio kemanapun dia pergi, memiliki
kontribusi untuk menjadi jenius dibalik suksesnya karnaval mereka. Serta Ibu
Muslimah dan Pak Harfan yang ikhlas tanpa pamrih mengajar.
0 comments